Diriku

Diriku
hanya sebatas manusia biasa

Senin, 31 Januari 2011

Orang Jawa di Suriname dalam Foto

Tercatat, 32.976 orang berpindah ke Suriname sepanjang tahun 1890-1939. Sebagian besar adalah orang Jawa. Dari jumlah itu, sebanyak 7.648 orang kembali ke Indonesia sebelum Perang Dunia II.
Tidak terbayang mungkin pada saat itu mereka dibawa ke tempat yang jauhnya beribu-ribu kilometer dari Indonesia. Kompeni mengatakan, mereka akan dipekerjaan di perkebunan-perkebunan milik Belanda di Sumatera.
Namun, ketika turun dari kapal yang mengangkutnya, adalah tanah yang tandus di Benua Amerika yang dijumpai. Wilayah itu kini bernama Republik Suriname (Surinam), bekas negara jajahan Belanda pula.
Ada yang beruntung kembali ke kampung halaman, tapi ada pula yang pasrah menetap. Selama lebih dari seratus tahun mereka bertahan dengan budaya asal yang tetap terpelihara. Maka, tidak heran bila masyarakat di Suriname masih fasih berbahasa Jawa dan tetap memakai adat Jawa.
Berikut sebagian rekaman gambar kehidupan masyarakat Jawa di Suriname. Foto yang dipamerkan di Erasmus Huis, Jakarta, 20 Januari, ini, sebagian adalah karya fotografer keturunan Suriname, Matte Suriprawiro.
 Masyarakat Jawa di Suriname melakukan upacara Slametan. Slametan biasanya digelar pada saat kelahiran, sunatan, dan lain-lain.




Pernikahan adat Jawa. Mempelai perempuan dan laki-laki dipertemukan (panggih). Biasanya pihak keluarga perempuan lebih berhak menentukan tanggal dan bentuk pernikahan.





Upacara mitoni. Dilakukan pada saat kehamilan seorang perempuan mencapai usia 7 bulan.
 Tarian Jaran Kepang di salah satu sudut kota di Suriname.
 Sekelompok masyarakat Suriname memainkan gamelan, alat musik tradisional Jawa.
 Pagelaran wayang kulit.


 Kapal yang membawa para migran Jawa kembali dari Suriname pada 1954 (Foto KITLV)

 Orang-orang Jawa di Meerzarg, Suriname, tempo dulu. (Foto: KITLV)
Bobol ATM Hanya dengan Sebatang Korek Api tetapi berhasil dibekuk polisi dan kini pelakun diamankian di Kepolisian Solo. Bagaimana proses nya kok bisa Bobol ATM Hanya dengan Sebatang Korek Api.
Lima anggota sindikat pembobol Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dibongkar aparat Polda Jawa Tengah. Kelimanya kini ditahan di Mapolresta Solo.
Mereka adalah Edi Helmi (33) asal Jakarta Barat, Beny Afrizal (23) dan Arwansyah (22), keduanya asal Lampung, Mico alias Henri (28) asal Bekasi, serta Irfan (23) asal Mojokerto.
Modus yang digunakan sindikat ini cukup sederhana, yakni mengganti stiker call center yang dipasang di mesin ATM, serta memasang batang korek api di lubang kartu ATM.
Jika ada nasabah yang kartunya tertelan dan menghubungi nomor call center palsu yang telah mereka pasang, maka salah seorang pelaku yang berpura-pura sebagai operator bank bersngkutan akan meminta Personal identity number (PIN) nasabah.
Setelah itu tersangka lain akan masuk dan mengambil kartu ATM korban yang tertinggal lalu menguras habis uang nasabah.
“Sindikat ini hanya dengan bermodal stiker dan batang korek api. Mereka bisa membobol ATM dan sasaran yang paling gampang dijerat adalah masyarakat kecil yang kurang melek teknologi,” ujar Kapolda Jateng Irjen Pol Edward Aritonang kepada wartawan, Sabtu (29/1/2011).
Menurut Edward, kelimanya dijerat dengan Pasal 170 KUHP tentang perusakan fasilitas umum dan Pasal 363 tentang pencurian dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara.
Atas kejadian ini, Edward meminta masyarakat untuk berhati- hati dan tidak begitu saja mempercayai petugas call center yang meminta identitas rahasia nasabah..
(Septyantoro Aji Nugroho/SUN TV/ded)
Sumber : http://news.okezone.com/read/2011/01/30/340/419349/wow-bobol-atm-hanya-dengan-sebatang-korek-api

Senjata Kuno Berusia 100 Tahun Ditemukan

PALU, KOMPAS.com - Warga Desa Kalubula, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, menemukan enam pucuk senjata kuno yang diperkirakan peninggalan Belanda di belakang rumahnya ketika sedang menggali tanah untuk menanam tomat.
"Saat ini, kami masih memeriksa lokasi penemuan senjata, karena kemungkinan masih ada senjata lainnya," kata Kapolsek Biromaru, AKP Abdul Aziz di Sigi, Minggu (30/1/2011).
Senjata kuno itu ditemukan Lasaidah di kedalaman tanah kurang dari satu meter tanpa disertai amunisi dan sudah dilaporkan penemunya Lasaidah kepada kepolisian terdekat untuk diamankan.
Semua senjata api yang berjenis laras panjang dan berupa pelontar granat itu sudah berkarat. Senjata itu diperkirakan berumur mencapai 100 tahun.
AKP Abdul Aziz mengaku akan segera melaporkan penemuan senjata itu kepada atasannya, Kapolres Donggala, namun pihaknya akan menunggu langkah selanjutnya.
Kemungkinan besar senjata itu akan diserahkan ke Museum Sulawesi Tengah sebagai koleksi sejarah setelah sebelumnya dibersihkan.
Wilayah Sigi dan daerah lainnya di Sulawesi Tengah pernah dijajah Belanda. Bukti penjajahan itu berupa masih adanya bangunan rumah arsitektur Belanda.
Abdul Aziz mengimbau kepada warganya untuk segera melaporkankan kepada polisi jika menemukan senjata lainnya.
Penemuan senjata kuno itu adalah yang pertama di Kabupaten Sigi. "Jika menemukan senjata atau peluru segera dilaporkan, siapa tahu senjata itu masih aktif," katanya.